23 Mei 2013

Banteng Loreng Binoncengan

Di tengah obrolan, semalam Novi bertanya: “Jadi apa makna dari Banteng Loreng Binoncengan?” Seperti yang telah dipaparkan pada tulisan sebelumnya, Membaca Semangat: Ruh Dirgahayu Kabupaten Tegal, Banteng Loreng Binoncengan adalah Lambang Tegal,  Falsafah Lokal warisan nenek moyang. 

Banteng Loreng Binoncengan menggambarkan watak orang Tegal yang gagah berani (banteng) dan agak kasar (loreng), akan tetapi pada hakikatnya Banteng Loreng Binoncengan dapat dituntun, ditunggangi, dan dikuasai oleh orang yang lemah lembut dan ramah-tamah serta tidak mempunyai maksud buruk. Seseorang tersebut biasanya dilambangkan oleh seororang anak laki-laki, yang mengerti betul perwatakan banteng.

Diceritakan, anak laki-laki tersebut adalah seorang penggembala atau bocah angon, yang  menjaga bantengnya dengan penuh kasih sayang, sehingga ketika harimau akan menerkam bocah angon itu, banteng melindungi  dan menyelamatkan bocah angon meskipun menderita luka parah pada sekujur tubuhnya. 

Dalam buku Insya Allah, Kanjeng Agus Riyanto menuliskan: “Gambaran Banteng Loreng Binoncengan adalah perlawanan sekaligus solidaritas. Atau balas budi dan kerelaan banteng kepada bocah angon terhadap keganasan harimau. Jelas sekali, banteng dengan tubuh penuh luka melawan raja hutan. Sementara ‘sahabat kecil’ dilindungi, berada di atas punggung banteng.”

Dari kisah Banteng Loreng Binoncengan, tentu akan banyak makna dan pelajaran yang terkandung didalamnya. Salah satunya adalah soal kepemimpinan. Dari segi kepemimpinan, jika banteng diibaratkan adalah rakyat Tegal, maka yang bisa menuntun, menunggangi, dan menguasai banteng adalah seseorang yang bermental bocah angon.

Terlepas dari laki-laki atau perempuan, pemimpin Tegal harus siap menjadi bocah angon. Dalam angon banteng, seorang bocah angon harus bisa bersikap sabar, pengertian, penuh kasih sayang, dan mengarahkan kemana seharusnya banteng mencari makan; agar banteng yang dulunya liar berubah menjadi jinak dan penurut karena perutnya kenyang.

Bocah angon akan merasa sukses jika bantengnya bisa makan dengan enak, sekalipun dirinya sendiri tidak makan. Bagi bocah angon; yang dipikirkan adalah bantengnya dan bukan dirinya sendiri. Ia akan selalu bekerja keras dan bahkan sampai melupakan dirinya sendiri. Sehingga pada saat bocah angon mendapat ancaman dari harimau, banteng akan rela membelanya, bahkan dengan melawan harimau sampai tetes darah penghabisan.

Demikian jawaban, silahkan menambahkan makna atau pelajaran dari Banteng Loreng Binoncengan yang mungkin lebih relevan. Jika Republik Indonesia mempunyai Pancasila sebagai falsafah, maka Banteng Loreng Binoncengan adalan ‘Pancasila’-nya Tegal. Maka jelas sudah, Tegal bukan kuda hitam, apalagi kambing hitam; tetapi Tegal adalah Banteng Loreng Binoncengan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar